Selasa, 30 Oktober 2012

DOLANAN

"Cublak-cublak suweng

Suwenge ting gelenter

Mambu ketundhung gudhel

Pak empo lirak-lirik

Sapa ngguyu ndhelikake

Sir-sir pong dhele gosong

Sir-sir pong dhele gosong...  "

Masih ingat dengan lagu dolanan di atas? tentunya sahabat blogger masih ingat. Ya...itu adalah lagu dolanan anak-anak jaman dulu. Sekarang mungkin sudah jarang sekali terdengar. Itu adalah lagu permainan anak Cublak-cublak suweng, salah satu jenis permainan tradisional anak yang sekarang sudah jarang sekali dimainkan.

Dulu permainan tradisional anak sering sekali dimainkan, entah itu di siang hari atau bahkan di malam hari, apalagi ketika waktunya liburan sekolah. Ya mungkin pada waktu itu memang belum banyak hiburan, jadi permainan-permainan itu merupakan cara bersenang-senang anak.

Sedangkan dengan berkembangnya jaman, permainan-permainan itu sudah banyak ditinggalkan anak-anak. Anak-anak lebih senang bermain dengan permainan modern, seperti Play Station, Game On Line dan lain-lain yang menggunakan peralatan canggih. Permainan tradisional seperti sudah hilang.


Sebenarnya banyak sekali jumlah permainan tradisional, seperti:

JETHUNGAN
Jethungan atau biasa disebut dengan Petak Umpet merupakan permainan legendaris di Indonesia, di seluruh wilayah nusantara pasti ada permainan ini hanya saja tiap daerah berbeda namanya. Permainan ini dimainkan oleh tiga orang atau lebih (lebih banyak biasanya lebih seru). Dalam permainan ini ada satu anak yang bertugas "Jaga", yang nanti harus mencari teman lain yang sedang bersembunyi. Biasanya untuk menentukan siapa yang bertugas Jaga, awalnya dilakukan dengan Hompimpah. 

Pertama-tama yang bertugas Jaga berdiri di tempat tertentu dengan menutup mata serta menghitung (hitungan sesuai kesepakatan, biasanya hitungan sampai sepuluh). Pada waktu yang Jaga menghitung, yang lainnya mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Setelah hitungan selesai, yang Jaga harus mencari tempat persembunyian teman-temannya.

Jika ada yang ketahuan tempat persembunyiannya, maka yang Jaga berteriak menyebutkan namanya yang ketahuan tadi. Lalu semua harus keluar dari tempat persembunyiannya. Dan yang ketahuan tadi harus menjadi yang Jaga. Jika ada yang bersembunyi dan merasa aman, maka dia akan lari ke tempat si Jaga dan memegang tempat itu sambil berteriak "Jethuuuung.....". Itu berarti peserta yang memegang tempat Si Jaga itu aman dan si Jaga harus mencari lagi tempat persembunyian peserta yang lain.

GOBAK SODOR
Gobak Sodor berasal dari kata Go Back To The Door yang memiliki arti kembali ke pintu awal. Tata caranya yaitu, awalnya membbuat garis berbentuk segi empat dan jumlah kolomnya tergantung dari jumlah pemainnya. Setiap kotak garis dijaga satu orang dari bagian depan sampai bagian belakang. Orang yang menjaga kotak berusaha untuk menyentuh musuh yang berusaha melewatinya dan masuk ke kotak selanjutnya. Apabila musuh tersentuh maka dinyatakan kalah. Sebaliknya, apabila musuh bisa melewati seluruh kotak dari awal sampai akhir dan bisa kembali ke pintu awal, maka dinyatakan menang. Biasanya pihak yang kalah memiliki hukuman untuk menggendong pihak yang menang.

EGRANG
Egrang juga merupakan permainan yang hampir ada di seluruh Indonesia. Tapi mungkin nama di tiap daerah tidak sama.

Peralatannya menggunakan bambu sekitar dua meter (dua buah). Di bagian bawah, sekitar 30-50 cm dari tanah diberi lubang yang digunakan untuk menancapkan bambu kecil yang digunakan untuk naiknya kaki. Lalu kedua bambu itu di pegang erat-erat dengan kedua tangan dan kaki pemain naik ke bambu kecil itu. Kemudian dibuat untuk berjalan.

Untuk yang belum mahir bermain-permainan ini, biasanya sering jatuh. Tapi kalau sudah mahir, rasanya seperti berjalan biasa.

CUBLAK-CUBLAK SUWENG
Permainan ini biasanya dimainkan antara empat sampai delapan orang. Dalam permainan ini ada yang berperan sebagai Pak Empo yang nantinya dalam permainan ini harus tengkurap. Dan harus mencari barang yang di sembunyikan (biasanya kerikil) di tangan pemain lainnya.

Permainan ini diawali dengan Hompimpah, dan yang kalah akan menjadi Pak Empo. Lalu pemain yang lain duduk membentuk lingkaran di sekitar Pak Empo yang tengkurap. Lalu telapak tangan pemain yang lain di taruh di punggung Pak Empo. Salah satu peserta mengambil kerikil yang nantinya disembunyikannya. Lalu mereka menyanyikan lagu: Cublak-cublak suweng / Suwenge ting gelenter / Mambu ketundhung gudhel / Pak Empo lirak-lirik / Sapa ngguyu ndhelikake / Sir-sir pong dhele gosong / Sir-sir pong dhele gosong.

Ketika sampai pada syair "Sir-sir pong dhele gosong", Pak Empo lalu bangun. Dan semua pemain menggenggam tangan seolah-olah semua memegang kerikil. Lalu Pak Empo menebak tangan pemain yang menyembunyikan kerikil. Apabila tebakan Pak Empo benar, maka peserta yang memegang kerikil langsung berperan menjadi Pak Empo, tapi jika tebakan Pak Empo salah, maka yang jadi Pak Empo tetap.

LOMPAT TALI
Permainan lompat tali ini menggunakan alat seutas tali. Tapi tali yang digunakan adalah karet gelang yang direnteng. Sedangkan panjang pendek tali tergantung yang menggunakan dan yang membuat. Permainan ini dilakukan minimal tiga orang. Yang bertugas memegang tali karet ada dua anak, sedangkan yang lain melompati tali.

Cara main lompat tali ini mudah, tali karet sedikit di tarik oleh yang bertugas memegang dan nantinya tinggi rendahnya tali tergantung dari kesepakatan awal permainan. Biasanya mulai dari posisi rendah sampai posisi tinggi. Biasanya yang kalah adalah anak yang gagal melompat yang kemudian bertugas untuk memegang tali.

KELERENG
Alat yag digunakan dalam permainan ini adalah kelereng yang terbuat dari kaca yang berbentuk bulat. Jumlah pemain bisa dua, tiga atau lebih. Sedangkan cara mainnya yaitu, para pemain menyerahkan sejumlah kelereng (kelereng taruhan) sesuai kesepakatan yang kemudian ditata sejajar dan membuat garis batas di depan jajaran kelereng tersebut. Lalu para pemain melempar Gaco (kelereng yang digunakan untuk melempaar kelereng taruhan) ke arah garis tersebut (tidak boleh melewati garis), yang paling dekat dengan garis adalah yang nantinya melempar Gaco-nya ke arah kelerang taruhan terlebih dahulu. Dan yang paling dekat dengan kelereng taruhan yang bertugas menjaga. Pemenang adalah yang bisa membidik kelereng taruhan paling banyak. Permainan ini biasanya dilakukan terus-menerus sampai kelereng musuh habis.



Catatan singkat : Semoga saja permainan tradisional ini nantinya tidak hanya menjadi legenda Dolanan Anak-Anak meskipun banyak sekali permainan yang lebih modern yang lebih praktis bagi anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar